Halini dapat dilihat dari sejarah perjuangan HMI yang telah menjalan 10 fase, yaitu: Fase konsolidasi spiritual dan proses berdirinya (1946-147) Fase berdiri dan pengokohan (5 Februari 1947-30 November 1947) Fase perjuangan bersenjata, perang kemerdekaan, dan menghadapi penghianatan PKI 1 (1947-1949) YakusaBlog Dalam perjalanan perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sepanjang sejarahnya, dari sejak berdirinya (1947) hingga kini, HMI telah mengalami dan melewati sebelas fase, antara lain: Fase I: Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (1946) Bermula dari latar belakang munculnya pemikiran dan berdirinya HMI serta kondisi obyektif Fasefase Perkembangan HMI 1. Fase Konsolidasi spiritual 1946 2. Fase pengukuhan 5 Februari- 30 November 1947 Saat Konggres PMI di malang 8 maret 1947, Lafran pane dan admin nasution, sebagai HMIdalam Fase Perjuangan Fisik. HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan "Soviet Republik Indonesia". Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan FaseFase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia: Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (November 1946-5 Februari 1947) Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Februari-30 November 1947) Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950- 1963) Fase Tantangan I (1964-1965) Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966-1968) Fase Pembangunan (1969-1970) Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970- 1994) Fase Reformasi (1995-1999) Fase Tantangan II (2000-sekarang) Vay Tiền Online Chuyển KhoáșŁn Ngay. Uploaded byIkhsanuz Zaky 0% found this document useful 0 votes18 views3 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes18 views3 pagesFase Perkembangan HmiUploaded byIkhsanuz Zaky Full descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. YakusaBlog- Dalam perjalanan perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam HMI, sepanjang sejarahnya, dari sejak berdirinya 1947 hingga kini, HMI telah mengalami dan melewati sebelas fase, antara lain Fase I Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI 1946 Bermula dari latar belakang munculnya pemikiran dan berdirinya HMI serta kondisi obyektif yang mendorongnya, maka rintisan untuk mendirikan HMI muncul di bulan November 1946. Permasalahan yang dapat diangkat dari latar belakang berdirinya HMI, merupakan suatu kenyataan yang harus diantisipasi dan dijawab secara cepat dan konkrit dan menunjukkan apa sebenarnya Islam itu. Maka pembaharuan pemikiran di kalangan umat Islam bangsa Indonesia suatu keniscayaan. Fase II Berdirinya dan Pengokohan 5 Februari – 30 November 1947 Selama lebih kurang sembilan bulan, reaksi-reaksi terhadap HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan silih berganti, yang semuanya itu untuk mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegar dan kokoh. Maka diadakanlah berbagai aktivitas untuk popularisasi organisasi dengan mengadakan ceramah-ceramah ilmiah dan rekreasi malam-malam kesenian. Di bidang organisasi, HMI mulai mendirikan cabang-cabang baru seperti Klaten, Solo, dan Yogyakarta. Pengurus HMI bentukan 5 Februari 1947 otomatis menjadi PB HMI pertama dan merangkap menjadi Pengurus HMI Cabang Yogyakarta I. Ada kesan bahwa keanggotaan HMI hanya untuk mahasiswa Sekolah Tinggi Islam STI. Untuk menghilangkan anggapan yang keliru itu, tanggal 22 Agustus 1947, PB HMI diresuffle. Ketua Lafran Pane digantikan oleh Mintaredja dari Fakultas Hukum BPT GM, sedankan Lafran Pane menjadi Wakil Ketua merangkap Ketua HMI Cabang Yogyakarta. Sejak itu mahasiswa BPT GM, STT mulai masuk dan berbondong-bondong menjadi anggota HMI. Di Yogyakarta tanggal 30 November 1947 diadakan Kongres I HMI. Fase III Perjuangan Bersenjata, Perang Kemerdekaan, Menghadapi Penghianatan dan Pemberontakan PKI 1947-1949 Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun ke gelanggang medan pertempuran melawan Belanda, membantu pemerintah baik langsung maupun memegang senjata bedil dan bambu runcing sebagai staf penerangan, penghubung dan lain-lain. Untuk menghadapi pemberontakan Madiun 18 September 1948, Ketua PMI/Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa CM, dengan Komandan Hartono, Wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu pemerintah menumpas pemberontakan Partai Komunis Indonesia PKI di Madiun dengan menggerakkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam PKI terhadap HMI tertanam dan terus berlanjut sampai puncaknya pada tahun 1964-1965 yaitu gerakan pengganyangan terhadap HMI menjelang meletusnya Gestapu/PKI 1965. Pada fase ini berlangsung peringatan ulang tahun pertama HMI di Bangsal Kepatihan tanggal 6 Februari 1948. Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Sudirman memberi sambutan pada peringatan tersebut atas nama pemerintah Republik Indonesia. Jenderal Sudirman selain mengartikan HMI sebagai Himpunan Mahasiswa Islam, HMI juga diartikannya sebagai Harapan Masyarakat Indonesia. Karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, HMI juga diartikan sebagai Harapan Masyarakat Islam Indonesia. Pada fase ini juga berlangsung Kongres Muslim Indonesia II di Yogyakarta tanggal 20 sampai dengan 25 Desember 1949. Kongres itu dihadiri oleh 185 organisasi, alim ulama dan intelegensia seluruh Indonesia. Di antara tujuh dari keputusannya dibidang organisasi salah satu keputusannya adalah memutuskan bahwa Hanya satu organisasi mahasiswa Islam, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam HMI yang bercabang di tiap-tiap kota yang ada sekolah tinggi. Fase IV Pembinaan dan Pengembangan Organisasi 1950-1963 Selama anggota HMI banyak yang terjun ke gelanggang medan pertempuran membantu pemerintah mengusir penjajah, selama itu pula pembinaan organisasi HMI terabaikan. Namun hal itu dilaksanakan dengan sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan HMI sendiri, serta dwitugasnya yakni tugas agamanya dan tugas bangsanya. Maka dengan adanya pengakuan kedaulatan rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berminat melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950, dilaksanakan usaha-usaha konsolidasi organisasi sebagai masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta. Diantara usaha-usaha yang dilaksanakan selama tiga belas tahun itu antara lain Pembentukan cabang-cabang baru, Menerbitkan majalah sejak 1 Agustus 1954 Sebelumnya terbit Criterium, Cerdas dan tahun 1959 menerbitkan majalah Media, Sudah tujuh kali Kongres HMI, Pengesahan atribut HMI seperti lambang, bendera, muts, hymne HMI, Merumuskan tafsir asas HMI, Pengesahan kepribadian HMI, Pembentukan Badan Koordinasi BADKO HMI, Menentukan metode pelatihan Training HMI., Pembentukan lembaga-lembaga HMI di bidang ekstern, Pendayagunakan PPMI., Menghadapi Pemilihan Umum Pemilu I tahun 1955, Penegasan Independensi HMI, Mendesak pemerintah supaya mengeluarkan UU PT, tuntutan agar pendidikan agama sejak dari Sekolah Rakyat SR sampai Perguruan Tinggi, Mengeluarkan konsep “peranan agama dalam pembangunan, dan lain-lainya. Selain masa internal, muncul pula persoalan eksternal yang sangat menonjol. Justru karena keberhasilan HMI melaksanakan konsolidasi organisasi ada golongan yang iri dan tidak senang kepada HMI yaitu Partai Komunis Indonesia PKI. Tidak dibubarkan dan dilarangnya PKI akibatnya pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, PKI otomatis mempunyai kesempatan untuk bangkit kembali. Tanggal 21 Februari tahun 1957, Presiden Soekarno mengumumkan konsepsinya supaya kabinet berkaki empat dengan unsur PNI, Masyumi, NU dan PKI sebagai 4 besar pemenang pemilu 1955. Berikutnya di Moscow tanggal 19 November 1957 dicetuskanlah Manfesto Moscow, yaitu satu program untuk mengkomunikasikan Indonesia. Akibat itu semua, PKI tampil sebagai partai pemerintah. Masyumi, akibat penentangan terhadap kebijakan politik Presiden Soekarno, dengan Manipol Usdeknya, dengan Keputusan Presiden nomor 200 tanggal 17 Agustus tahun 1960 Masyumi dipaksa bubar. Untuk menghadapi perkembangan politik, Kongres V HMI di Medan tanggal 24-31 Desember 1957 mengeluarkan dua sikap antara yaitu Haram hukumnya menganut ajaran dan paham komunikasi karena bertentangan Islam, yang kedua, Menuntut supaya Islam sebagai dasar negara. Buku dapat dipesan di Tokopedia. Klik Gambar Fase V Tantangan I 1964-1965 Dendam PKI terhadap HMI yang tertanam karena keikutsertaan HMI dalam menumpas pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, menempatkan HMI sebagai organisasi yang harus bubar, karena dianggap sebagai penghalang bagi tercapainya tujuan PKI. Untuk itulah dilaksanakanlah berbagai usaha untuk membubarkan HMI. Sesuai hasil Kongres II Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia CGMI, organisasi underbow PKI di Salatiga, Juni 1961, untuk melekuidisi HMI. PKI, CGMI dan organisasi lainnya yang seideologi mulai melakukan gerakan pembubaran HMI disokong seluruh simpatisan dari tiga partai besar yaitu Partai Komunis Indonesia PKI, Partai Indonesia PARTINDO dan Partai Nasional Indonesia PNI dan juga seluruh underbow ketiga partai tersebut yang semuanya berjumlah 42 partai. Untuk membubarkan HMI sekitar bulan Maret 1965, dibentuk Panitia Aksi Pembubaran HMI di Jakarta yang terdiri dari CGMI, GMNI, GRMINDO, GMD, MMI, Pemuda Marhaenis, Pemuda Rakyat, Pemuda Indonesia, PPI, dan APPI. Menjawab tantangan ini, Generasi Muda Islam GEMUIS yang terbentuk tahun1964 membentuk Panitia Solidaritas Pembebelaan HMI, yang terdiri dari unsur-unsur pemuda, pelajar, mahasiswa Islam seluruh Indonesia. Bagi umat Islam, HMI merupakan taruhan terakhir yang harus dipertahankan setelah sebelumnya Masyumi dibubarkan. Kalau HMI sampai dibubarkan, maka satu-persatu dari organisasi Islam akan terkena sapu pembubaran. Namun gerakan pembubaran HMI ini gagal justeru dipuncak usaha-usaha pembubarannya. Dalam acara penutupan Kongres CGMI tanggal 29 September 1965 di Istora Senayan. Meski PKI terus melakukan provokasi kepada Presiden Soekarno, seperti diungkapkan DN. Aidit, “Kalau anggota CGMI tidak bisa membubarkan HMI, anggota CGMI yang laki-laki lebih pakai kain sarung saja... kalau semua front garis depan-peny sudah minta, Presiden akan membubarkan HMI”. Namun ternyata HMI tidak dibubarkan, bahkan dengan tegas Presiden Soekarno mengungkapkan dalam pidatonya “Pemerintah mempunyai kebijakan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kehidupan organisasi mahasiswa yang revolusioner. Tapi kalau organisasi mahasiswa yang menyeleweng itu menjadi kontra revolusi umpamanya HMI, aku sendiri yang akan membubarkannya. Demikian pula kalau CGMI menyeleweng menjadi kontra revolusi juga akan kububarkan”. Karena gagal usaha untuk membubarkan HMI, maka PKI sudah siap bermain kekerasan. PKI takut didahului umat Islam untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan yang sah, maka meletuslah Pemberontakan G 30 S/PKI 1965. Fase VI Kebangkitan HMI Sebagai Pejuang Orde Baru dan Pelopor Kebangkitan Angkatan ’66 1966-1968 Pada fase ini HMI mengalami dan melewati tantangannya, yaitu; tanggal 1 Oktober adalah tugu pemisah antara Orde Lama dan Orde Baru. Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI gagal membubarkan PKI, maka HMI akan tampil kedua kalinya menumpas pemberontakan PKI dan itu benar-benar terjadi. Wakil Ketua PB HMI Mar’ie Muhammad, pada tanggal 25 Oktober 1965 mengambil inisiatif mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia KAMI, sebagaimana yang dilakukan oleh Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa CM untuk menghadapi pemberontakan PKI di Madiun. Tritura 10 Januari 1966 “Bubarkan PKI, Reatol Kabinet dan Turunkan Harga”. Surat Perintah Sebekas Maret 1966. Dibubarkan dan dilarangnya PKI tanggal 12 Maret 1966. Kabinet Ampera terbentuk, HMI diajak hearing pembentukan kabinet, dan alumni HMI masuk dalam kabinet. Fase VII Partisipasi HMI Dalam Pembangunan 1969-1970 Setelah Orde Baru mantap dan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 sudah dilaksankan secara murni dan konsekuen, maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah rencana pembangunan lima tahun Repelita-peny dan sudah menyelesaikan pembangunan 25 tahun pertama, kemudian menyusul pembangunan 25 tahun kedua. Pembangunan Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur bukanlah pekerjaan mudah, tetapi sebaliknya merupakan pembangunan raksasa yang sangat sulit-peny sebagai usaha kemanusiaan yang tidak habis-habisnya. Partisipasi segenap warga negara sangat dibutuhkan. HMI pun sesuai dengan lima aspek pemikirannya, telah memberikan sumbangan dan partisipasinya dalam pembangunan a. Partisipasi dalam pembentukan suasan, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, b. Partisipasi dalam pemberian konsep-konsep di berbagai aspek pemikiran; pertisipasi dalam bentuk langsung dari pembangunan. FaseVIII Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran 1970-1998 Selama kurun waktu Orde Lama 1959-1965 kebebasan mengeluarkan pendapat baik yang bersifat akademis terlebih-lebih politik terkekang dengan ketat. Suasana itu berubah tatkala Orde Baru muncul, walaupun kebebasan hakiki belum diperoleh sebagaimana mestinya. Sama halnya dipenghujung pemerintahan Soeharto dianggap sebagai suatu perbedaan yang tidak pada tempatnya tidak ada keadilan-peny. Namun walaupun demikian, kebebasan datang, kondisi terbatas dapat dimanfaatkan, baik yang berkaitan dengan agama, akademik, dan politik. Kejumudan dan suasana tertekan pada masa Orde Lama mulai cair terutama dalam pembaharuan pemikiran Islam yang dipandang sebagai suatu keharusan, sebagai jawaban terhadap berbagai masalah untuk memenuhi kebutuhan kontemporer. Hal seperti itu muncul dikalangan HMI dan mencapai puncaknya pada tahun 1970. Tatkala Nurcholis Madjid dikenal panggilan Cak Nur-peny menyampaikan ide pembaharuannya dengan topik Keharusan Pembaharuan Pemikiran Dalam Islam Dan Masalah Integrasi Umat. Sikap itu diambil, karena apabila kondisi ini dibiarkan mengakibatkan persoalan-persoalan umat yang terbelenggu selama ini, tidak akan memperoleh jawaban yang efektif. Sebagai konsekuensinya muncul pergolakan pemikiran dalam tubuh HMI yang dalam berbagai substansi permasalahan timbul perbedaan pendapat, penafsiran dan interpretasi. Hal itu tercuat dalam bentuk seperti persoalan negara Islam, Islam Kaffah, sampai kepada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 yang mengharuskan bahwa semua partai dan organisasi harus berdasarkan Pancasila. Kongres ke-16 HMI di Padang tahun 1986, HMI menyesuaikan diri dengan mengubah asas Islam dengan Pancasila. Akibat penyesuaian ini beberapa orang anggota HMI membentuk MPO Majelis Penyelamat Organisasi-peny, akibatnya HMI pecah menjadi dua yaitu HMI DIPO karena sekretriatnya di jln. Diponegoro dan sekarang sudah di Jl. Sultan Agung-peny dan HMI MPO. Fase IX Reformasi 1998-2000 Apabila dicermati dengan seksama secara secara historis HMI sudah mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan beberapa pandangan yang berbeda serta kritik maupun evaluasi secara langsung terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada tahun 1995. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan konfrontasi terhadap Pemerintah. HMI melakukan dan menyampaikan kritik secara langsung yang bersifat konstruktif. Koreksi dan kritik yang dimaksud, pertama, disampaikan M. Yahya Zaini Ketua Umum PB HMI Periode 1992-1995 ketika memberikan kata sambutan pada pembukaan Kongres HMI ke-20 HMI di Istana Negara Jakarta tanggal 21 Januari 1995. Koreksi itu antara lain, bahwa menurut penilaian HMI, pembangunan ekonomi kurang diikuti dengan pembanguna politik. Masih dirasakan tingkat perubahan pada sistem politik tidak sebanding dengan perubahan ekonomi. Dalam pembangunan politik istitusi-isntitusi politik atau badan-badan demokrasi belum maksimal memainkan fungsi perannya. Akibatnya aspirasi masyarakat masih sering tersumbat terhalang atau tidak sampai-peny. Kondisi inilah yang menuntut kita, pemerintah dan masyarakat untuk terus menggelindingkan mewujudkan-peny proses demokrasi dengan bingkai Pancasila tetapi ini harus diikuti dengan pemberdayaan masyarakat. Dalam suasana demikian, proses saling kontrol akan terbangun. Selain itu HMI melihat masih banyak distorsi dalam proses pembangunan. Gejala penyalah gunaan kekuasaan, kesewenang-wenangan, praktek kolusi, korupsi dan nepotisme KKN-peny adalah cerminan tidak berfungsi sistem nilai yang menjadi kontrol dan landasan etika dan bekerjanya suatu sistem. Suatu reformasi berikutnya dengan fokus yang lebih tajam, lugas dihadapan Presiden Soeharto tatkala menghadiri dan memberikan sambutan pada peringatan Ulang Tahun Emas 50 tahun HMI di Jakarta tanggal 20 Maret 1997 satu tahun sebelum reformasi, dimana Taufik Hidayat Ketua Umum PB HMI 1995-1997 menegaskan; sekaligus jawaban atas kritik-kritik yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI, kekuasaan atau politik bukanlah wilayah yang haram, politik justeru mulia, apabila dijalankan di atas etika dan bertujuan untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Lantaran itu, HMI akan mendukung kekuasaan pemerintah yang sungguh-sungguh dalam meperjuangkan kebenaran dan keadilan. Sebaliknya, HMI akan tampil ke depan menentang kekuasaan yang korup dan menyeleweng. Inilah dibuktikan ketika HMI terlibat aktif dalam merintis dan menegakkan Orde Baru. Demikian juga pada saat sekarang ini dan masa-masa yang mendatang. Kritik-kritik ini tidak boleh mengurangi rasa percaya diri HMI untuk tetap melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar. Pemikiran dan reformasi selanjutnya disampaikan Ketua Umum PB HMI 1997-1998 Anas Urbaningrum pada waktu peringatan Ulang Tahun HMI ke-51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Februari 1998, dengan judul Urgensi Reformasi Bagi Pembangunan Bangsa Yang Bermartabat. Pidato itu disampaikan 3 bulan sebelum lengsernya Presiden Soeharto 21 Mei 1998. Suara dan tuntutan reformasi telah dikumandangkan pula dalam berbagai aspek, yang disamapaikan Anas Urbaningrum pada peringatan ulang tahun ke-52 di Auditorium Sapta Pesona Departemen Parawisata Seni dan Budaya Jakarta 5 Februari 1999, dengan judul Dari HMI Untuk Kebersamaan Bangsa Menuju Indonesia Baru. Tuntutan reformasi juga disampaikan Ketua Umum PB HMI M. Fahruddin pada peringatan Ulangtahun HMI ke-53 di Taman Ismail Marzuki Jakarta, 5 Februari 2000 dengan judul “Merajut Kekuasaan Oposisi Membangun Demokrasi, Membangun Peradaban Baru Indonesia.” Fase X Tantangan II 2000-sekarang Fase tantangan kedua ini muncul justru setelah Orde Reformasi berjalan dua tahun. Semestinya berdasarkan landasan-landasan atau sikap-sikap yang telah diambil PB HMI memasuki era reformasi semestinya HMI mengalami perkembangan yang signifikan menjawab berbagai tantangan sesuai dengan perannya sebagai organisasi perjuangan yang harus tampil sebagai pengambil inisiatif dalam memajukan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Akan tetapi justru sebaliknya HMI secara umum mengalami kemunduran, yang secara intensif disinyalir Agussalim Sitompul dalam bukunya 44 Indikator Kemunduruan HMI. Jika pada fase tantangan I 1964-1965 HMI dihadapkan pada tantangan eksternal yaitu menghadapi PKI, pada fase tantangan II ini HMI dihadapkan sekaligus pada dua tantangan besar secara internal dan eksternal sekaligus. Pertama, tantangan internal. Kajian tentang HMI saat ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan sekarang dan mendatang, HMI ditantang a. Masalah eksistensi dan keberadaan HMI, seperti menurunnya jumlah mahasiswa baru masuk HMI, tidak terdapatnya HMI diberbagai perguruan tinggi, institut, fakultas, akademi, program studi, sebagai basis HMI. b. Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HMI, untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang mendasar terhadap berbagai masalah yang muncul yang dihadapi bangsa Indonesia. c. Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil dalam barisan terdepan sebagai avent grade, kader pelopor bangsa dalam mengambil inisiatif untuk melakukan berbagai perubahan yang sangat dibutuhkan masyarakat. d. Masalah efektifitas HMI untuk memecahkan masalah yang dihadapi bangsa, karena banyak organisasi yang sejenis maupun yang lain, yang dapat dapat tampil lebih efektif dan dapat mengambil inisiatif terdepan untuk memberi solusi terhadap problem yang dihadapi bangsa Indonesia. Sebagai jawabannya, menurut perpecahan yang bersifat teoritis dan praktis, akan tetapi semuanya bersifat konseptual, integratif, inklusif. Sebab pendekatan yang tidak konseptual, parsial dan ekslusif tidak akan melahirkan jawaban yang efektif. Untuk itu dibutuhkan ide dan pemikiran dari anggota aktifitas kader, dan pengurus HMI di seluruh jenjang organisasi. Kedua, tantangan eksternal. Berbagai tantangan eksternal juga dihadapkan kepada HMI yang tidak skala besar dan rumitnya dari tantangan internal, antara lain a. Tantangan menghadapi perubahan jaman yang jauh berbeda dari abad ke-20 dan yang muncul pada abad ke-21 ini. b. Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup dalam jaman dan situasi yang berada dalam berbagai aspek kehidupan khususnya yang dijalani generasi muda bangsa. c. Tantangan untuk mempersiapkan kader-kader dan alumni HMI, yang akan menggantikan alumni-alumni HMI yang saat ini menduduki berbagai posisi strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena regenerasi atau pergantian pejabat-pejabat, suka tidak suka, mau tidak mau, pasti terus berlangsung. d. Tantangan menghadapi bahaya abadi komunis. e. Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai misi lain dari umat Islam dan bangsa Indonesia. f. Tantangan tentang adanya kerawanan aqidah. g. Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang terus berkembang tanpa henti. h. Tantangan menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala aspek kehidupan manusia yang terus berlangsung sesuai dengan semangat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat kompetitif. i. Tantangan menghadapi masa depan yang belum dapat diketahui bentuk dan coraknya. j. Kondisi umat Islam di Indonesia yang dalam kondisinya belum bersatu. k. Kondisi dan keadaan Perguruan Tinggi serta dunia kemahasiswaan, kepemudaan, yang penuh dengan berbagai persoalan dan problematika yang sangat kompleks. l. Tantangan HMI menuju Masyarakat Ekonomi Asean peny. m. Tantangan menghadapi politik Indonesia yang tidak kondusif dan tidak membangun karakter kebangsaan Indonesia. Pada fase tantangan II ini, nampaknya HMI semakin memudar dan mundur yang telah berlangsung 25 tahun sejenak, dari tahun 1980-2005. HMI tidak mampu bangkit secara signifikan, bahkan dalam dua periode terakhir PB HMI mengalami perpecahan. Karena itu, menghadapi tantangan tersebut, HMI dengan segenap aparatnya harus mampu menghadapinya dengan penuh semangat dan militansi yang tinggi. Apakah HMI mampu menghadapi tantangan itu, sangat ditentukan oleh pemegang kendali organisasi sejak dari PB HMI, Pengurus Badko HMI, Cabang HMI, Korkom HMI, Komisariat, Lembaga-Lembaga Kekaryaan, serta segenap anggota HMI, maupun alumninya yang tergabung dalam KAHMI sebagai penerus, pelanjut serta penyempurna mission sacre HMI. Peralihan jaman, peralihan generasi, saat ini menentukan bagi eksistensi HMI di masa mendatang. Fase XI Kebangkitan Kembali Gelombang kritik terhadap HMI tentang kemundurannya telah menghasilkan dua umpan balik. Pertama, telah muncul kesadaran individual dan kesadaran kolektif bersama-peny di kalangan anggota, aktivis, kader, bahkan alumni HMI serta pengurs dimulai dari Komisariat sampai PB HMI, bahwa HMI sedang mengalami kemunduran. Kedua, selanjutnya dari kesadaran itu muncul kesadaran baru, baik secara individual dan kesadaran bersama dikalangan anggota, aktivis, kader, alumni dan pengurus bahwa dalam tubuh HMI mutlak dilakukan perubahan dan pembaharuan supaya dapat bangkit kembali seperti masa jaya-jaya dulu. Sampai sejauh mana kebenaran dan bukti adanya indikator-indikator kebangkitan kembali HMI, sejarahlah yang akan menentukan kelak. Kita semua berharap dengan penuh optimis sesuai dengan ajaran Islam supaya manusia bersikap optimis, agar HMI dapat mengakhiri masa kemundurannya dan memasuki masa kebangkitannya secara meyakinkan. Di tangan generasi sekaranglah sebagai generasi penerus, pelanjut, dan penyempurna perjuangan organisasi mahasiswa Indonesia tertua ini HMI. Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, Sampaikan dengan Amal, Bahagia HMI, Jayalah Kohati, Yakin Usaha Sampai.[] net/Ilustrasi Sumber Tepat pada 05-Februari-2022, Organisasi yang bernama Himpunan mahasiswa Islam HMI merayakan Milad hari kelahiran nya yang ke 75. Sebagaimana telah menjadi tradisi di masyarakat seluruh dunia, ketika berbicara tentang hari kelahiran, baik itu di tataran personal atau komunitas sosial. Perihal ini sangat identik sekali dengan perayaan-perayaan simbolis maupun ceremonial untuk merefleksikan sesuatu ataupun me-regresi ingatan pada hal yang telah berlalu silam guna memunculkan harapan dan doa, ide dan gagasan ataupun hanya sekedar perayaan simbolik tanpa memuat substansi artian lain, ketika kita kehilangan substansi dari sesuatu maka yang kita pegang sejatinya adalah aksidenta semata. Kehilangan substansi disini dimaksudkan sebagai kegagalan seseorang dalam menangkap makna dan inti dari sesuatu secara tepat dan akurat. Sehingga nya substansi tersebut akan berubah menjadi simbolis atau atributif semata. Nah di tulisan ini, kita akan menyelami judul di atas sampai ke dasar ataupun hal-hal yang fundamental dan radikal. Sebelum masuk kedalam ruang yang lebih jauh, alangkah lebih baiknya kita mulai dari pintu dan pondasinya agar lebih terstruktur dan sistematis dalam penjabaran nya. Untuk itu mari kita mulai dari definisi terlebih RefleksiSecara etimologis, refleksi berasal dari bahasa inggris yaitu "reflection" yang berakar dari bahasa latin "reflectere". artinya adalah "Melengkung ke belakang". Sedangkan secara terminologi refleksi adalah meditasi yang mendalam untuk memeriksa sesuatu guna mendapatkan ide dan kata kritis, berasal dari kata "kritikus", "kritikos" yang artinya "menilai" atau ia mengidentifikasi kapasitas intelektual dan cara "menilai", "menilai", "untuk menilai", serta "mampu membedakan nya".Kritis atau critical juga bisa didefinisikan sebagai upaya melibatkan penilaian yang terampil tentang kebenaran, prestasi, dll. Didalam sejarah, orang yang pertamakali dianggap sebagai "Bapak Kritis" ataupun orang yang pertamakali memperkenalkan metode berpikir Kritis adalah Sokrates. Ia telah menemukan suatu metode pembelajaran yang dikenal sebagai "Socratic Questioning" Dalam metode tersebut, ia menetapkan pentingnya mencari bukti yang teliti untuk menguji pemikiran dan asumsi-asumsi, analisis konsep-konsep dasar, dan menyampaikan implikasi ke luar yang tidak hanya dari apa yang dikatakan, tetapi apa yang dilaksanakan. Lalu apa yang dimaksud dengan berpikir reflektif dan berfikir kritis ?.Menurut Busthan Abdy Berpikir reflektif itu sifatnya internal, yaitu upaya menemukan ide-ide kritis di dalam diri sendiri 2016;134. sementara Berpikir kritis dalam pandangan John Dewey artinya adalah pertimbangan yang sifatnya aktif, persisten terus-menerus dan teliti, mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja, dengan dipandang dari sudut alasan yang mendukungnya, dan kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya Dewey, 19099.5. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir reflektif-kritis atau Refleksi Kritis artinya berpikir secara terus menerus guna mendapatkan ide-ide kritis didalam diri sendiri atau suatu kelompok ataupun komunitas kapan refleksi kritis itu muncul? Dan kenapa ia muncul ?. Kita akan coba menjawab nya dalam konteks optik geometris sebagai alat ukur nya. Didalam optik geometris "Refleksi atau pemantulan adalah perubahan arah rambat cahaya ke arah sisi medium asalnya, setelah menumbuk antarmuka dua medium". Refleksi atau pantulan cahaya terbagi menjadi 2 tipe specular reflection Refleksi Spekuler dan diffuse reflection Refleksi Difusi. Specular reflection menjelaskan perilaku pantulan sinar cahaya pada permukaan yang mengkilap dan rata, seperti cermin yang memantulkan sinar cahaya ke arah yang dengan mudah dapat diduga. Kita dapat melihat citra wajah dan badan kita di dalam cermin karena pantulan sinar cahaya yang baik dan Diffuse reflection menjelaskan pemantulan sinar cahaya pada permukaan yang tidak mengkilap seperti pada kertas atau batu 6. Jika kita tarik dalam konteks ke-HMIan. Kita bisa menganggap bahwa Cahaya itu adalah Citra HMI sebagai kader umat dan kader bangsa dan pantulan dari sebuah obyek itu adalah konflik dan masalah yang dihadapi oleh HMI Masalah substantif ; Bercahaya; dan sebaliknya. Dimasa lalu, HMI turut serta dalam perjuangan bangsa seperti meredam pemberontakan PKI Muso di madiun dan solo 1948, melawan agresi militer belanda 1949, sampai pada puncaknya yaitu turut andil menjatuhkan otoritarianisme orde baru 1998. Oleh karena masalah yang substansial tersebut, HMI menjadi lebih bersinar dan bercahaya. Dalam artian nya HMI bercahaya dikarenakan mampu menyelesaikan persoalan dan polemik yang dihadapi oleh umat dan bangsa Refleksi Spekuler.Namun kini agaknya, HMI malah terjebak dalam masalah-masalah yang tidak substantif bercahaya. Oleh karena nya, Citra HMI pun semakin redup di bumi pertiwi ini. Tak mungkin obyek yang tidak mengkilap mampu memantulkan cahaya. Kita bisa melihat bagaimana HMI dewasa ini yang lebih sering berkonflik di internal nya sendiri sehingga wilayah-wilayah eksternal pun menjadi tidak terjamah. Itulah yang kita maksudkan sebagai "diffuse reflection" atau refleksi difusi. Lalu kapan Dan Kenapa refleksi Itu muncul? Tentunya karena ada pergeseran nilai yang terjadi dari forma ideal nya yang didorong oleh kesadaran, baik kesadaran individual maupun kesadaran kolektif. Seperti Tujuan HMI dipasal 4 AD, tatkala terjadi pergeseran nilai konotasi negatif, maka hal Ini sangat potensial atau memungkinkan untuk melahirkan refleksi kritis untuk menghasilkan terobosan MiladKata Milad berasal Dari Bahasa Arab "Walada" yang berarti "Kelahiran". kata Milad merupakan Isim Mashdar dari Fi'il Madli yang sama. Di Indonesia sendiri Kita juga sering menjumpai Kalimat "Yaumul Milad" yang artinya "Selamat Ulangtahun". Nah, kita akan melacak genealogi tradisi Ini supaya tidak memunculkan kefanatikan kita pada penting atau tidaknya perayaan ini dilakukan. Kita akan Lacak dalam transisi tradisi perayaan nya dalam beberapa hal berikut 1. Bangsa Mesir Memulai Tradisi Perayaan Ulang ribuan tahun yang lalu, saat Firaun memakai mahkota untuk bangsa Mesir Kuno, masyarakat menganggapnya sebagai wujud Dewa. Sehingga hari tersebut dianggap lebih penting dibanding kelahiran masyarakat biasa ke dunia. Tanggal kelahiran Firaun sebagai 'Dewa' tersebut terus dirayakan berulang kali setiap Bangsa Yunani Menambahkan Lilin Saat Ulang TahunSedangkan bangsa Yunani yang memperkenalkan tradisi lilin ulang tahun. Warga Yunani akan mempersembahkan kue berbentuk bulan untuk Artemis dengan beberapa lilin di atas kue. Mereka memakai lilin sebagai refleksi cahaya bulan dan kecantikan. Akhirnya tradisi ini dipakai banyak orang untuk merefleksikan ulang tahun sebagai awal kehidupan baru yang lebih Bangsa Romawi Kuno Mulai Rayakan Ulang Tahun Untuk Orang BiasaAwal perayaan ulang tahun adalah untuk raja dan dewa, namun bangsa Romawi memulai perayaan ulang tahun untuk masyarakat 'biasa'. Orang biasa dapat merayakan ulang tahun dengan teman dan keluarga mereka. Mereka juga mulai mengenal tradisi memberi kado. Pada masa itu, kado yang berharga adalah tepung terigu, minyak zaitun, madu dan keju parut. Dengan catatan, hanya pria yang boleh merayakan ulang tahun. Wanita baru diperbolehkan merayakan ulang tahun pada abad Kue Ulang Tahun Pertama Diciptakan Tukang Roti JermanDi abad ke-18, perayaan ulang tahun mulai menyebar ke seluruh dunia, bahkan di China. Di Jerman, perayaan ulang tahun anak-anak haruslah ramah dan menyenangkan. Untuk membuat suasana lebih menyenangkan, dibuatlah kue ulang tahun yang awalnya berbentuk roti. Lalu di atas roti diberi lilin-lilin yang bila ditiup mitosnya dapat mengabulkan Kue Ulang Tahun Manis dan Cantik Hanya Untuk Orang KayaPada masa revolusi industri, kue ulang tahun dibuat lebih mewah dan manis, sebagai simbol manisnya pertambahan usia. Pada masa itu, roti dianggap sebagai makanan kelas biasa yang bisa dinikmati semua kalangan. Maka diciptakan kue-kue manis yang bentuknya cantik untuk perayaan ulang tahun keluarga-keluarga kaya. Tapi pada akhirnya, saat semua orang sudah bisa membeli bahan kue dan bisa membuat kue ulang tahun, tradisi ini menyebar ke seluruh Lagu "Happy Birthday to You" Awalnya Adalah Lagu Selamat PagiPada tahun 1893, Patty Hill dan Mildred J menulis lagu yang berjudul "Good Morning To All" untuk dinyanyikan oleh siswa-siswa di seluruh dunia. Saat lagu ini sampai di Amerika, keluar berbagai versi lain. Pada tahun 1924, Robert Coleman mengeluarkan buku lagu yang mengganti lirik lagu itu dan diulang-ulang menjadi lagu yang kita tahu sekarang, yaitu "Happy Birthday to You". 7.Sebagai Negara bekas jajahan, tentunya proses asimilasi maupun akulturasi budaya/tradisi menjadi hal yang memungkinkan tradisi ini Sampai ke Indonesia. Maka tak heran jika dalam Milad HMI juga terjadi perayaan dengan memotong kue dan Milad ke-75 HMITerhitung sejak berdiri nya pada 05-Februari 1947, HMI telah menjadi organisasi mahasiswa Islam tertua yang masih bertahan eksis hingga saat ini. Di tahun ini pula HMI telah berusia 75 tahun, tepat pada tanggal 05-Februari-2022. Pada milad ke-75 ini kita akan coba mengupas apa makna yang tersirat didalam Relevansi nya dengan Al-QuranKita akan mengambil surat ke-75 dalam Al-Quran yaitunya Qs. Al-Qiyamah Hari kebangkitan. Surah Al-Qiyamah ini tergolong ke dalam surah Makkiyah yang berjumlah 40 ayat. isinya menitikberatkan pada persoalan hari kebangkitan dan hari pembalasan sebagaimana yang tercantum dalam rukun iman. Secara khusus, Surah Al-Qiyamah membicarakan tentang hari kiamat dan prahara nya, keadaan manusia ketika sekarat, dan apa yang di alami oleh orang kafir ketika di akhirat 1-4 menjelaskan tentang kebenaran akan datangnya hari kiamat atau hari kebangkitan yang mana Allah SWT bersumpah dengan hari kiamat dan menegaskan tentang kebenaran datangnya serta tidak ada keraguan didalamnya. Ayat 7-12 menjelaskan tentang sebagian tanda-tanda hari kiamat yang mengerikan seperti bulan gerhana, mata manusia bingung, makhluk dan umat manusia dikumpulkan untuk menerima perhitungan amal dan, hari pembalasan. Ayat 16-19 menjelaskan tentang keinginan Nabi Muhammad SAW untuk menghafal al-Quran ketika Jibril membacakannya. Beliau bersusah payah mengikuti Jibril dan menggerakkan lidah bersamanya ketika menghafalkan apa yang dibaca Jibril. Maka Allah memerintah beliau untuk mendengarkan bacaan al Quran dan jangan menggerakkan 22-25 menjelaskan tentang pembagian umat manusia di akhirat menjadi dua bagian yaitu Orang yang beruntung dan Orang yang celaka. Orang yang beruntung wajahnya bersinar cerah dengan cahaya dan memandang Tuhan mereka. Sedangkan Orang yang celaka wajahnya gelap dan diselubungi kehinaan. Ayat 26-33 menjelaskan tentang seseorang ketika sakaratul maut yang mengalami berbagai kesulitan dan ketakutan. Saat itu manusia mengalami kesulitan dan kesempitan yang tidak terbayang. Ayat 36-40 menjelaskan tentang keyakinan tentang dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar dan hari akhirat dengan dalil-dalil rasional. 8Sebagai organisasi yang berasaskan Islam, tentu nya kader-kader HMI tidak menepikan atau meragukan kebenaran datangnya hari kebangkitan. Sebab hal ini juga dijelaskan di dalam ideologi HMI itu sendiri yaitu Nilai-nilai Dasar Perjuangan NDP terutama di BAB I tentang Dasar-dasar Kepercayaan. Akan tetapi yang jadi persoalan nya adalah sudah sejauh mana kita berbekal dan apa yang telah kita persiapkan untuk menyongsong datangnya hari kiamat. Kita sebagai manusia tidak mengetahui pasti kapan datangnya, sebab Hanya Allah semata lah yang mengetahuinya. Dari pertanda tersebut tentu kita diberi ruang untuk berbekal setiap hari atau bahkan setiap detik menuju kehidupan akhirat kelak. Namun tampaknya kita sebagai manusia seringkali lalai, khilaf dan menunda-nunda ini sejenak mengingatkan kita pada pernyataan Hajriyanto Y. Thohari Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah 1993-1997 bahwa HMI sejak satu dasawarsa terakhir semakin tidak terlihat sama sekali sibghah keislaman nya. baik keislaman nya, baik pada aktivitas maupun semangat intelektualitas nya. Dalam ukuran yang sederhana, Thohari Menyatakan, semangat mempelajari Islam dan mengamalkan nya jauh lebih bergelora pada gerakan mahasiswa Islam kontemporer. 9Tentunya kita mengerti dengan maksud pernyataan diatas. Sebagaimana dalam NDP Bah II "Pengertian-Pengertian dasar tentang kemanusiaan" bahwa mesti ada keseimbangan antara intelektualitas dan spiritualitas untuk menuju kualitas insan cita, pengabdi dan insan kamil. Kelunturan kualitas-kualitas tersebut lah yang dimaksudkan pada pernyataan diatas. 10Kita bisa melihat bagaimana HMI dewasa ini yang mengalami masalah pelik dalam internal organisasi nya. Sehingga nya banyak sekali problem-problem yang sejatinya membutuhkan uluran tangan dari kader-kader HMI menjadi terabaikan akibat masalah internal tersebut. Seperti konflik dualisme di PB HMI yang berujung pada rekonsiliasi antara Al-Jihad dengan Arya Kharisma. Tak usai sampai disitu, telah muncul pula PJ Ketua Umum baru ditahun 2021 kemarin. Bahkan ironisnya, konflik ini berimbas kepada tingkatan BADKO, Cabang, bahkan kita relevansikan dengan surah di atas, maka HMI hari ini sedang mengalami krisis dan kejumudan berislam. Persoalan nya bukan lagi pada sisi intelektualitas dan pengetahuan nya akan Islam, tetapi pada aspek spiritual dan pengamalan nya. Di Bab II NDP di jelaskan bahwa sesuatu dapat menjadi nilai ketika ia telah melembaga dalam tindakan atau pengamalan , sedangkan di Bab 8 Penutup dijelaskan juga bahwa inti NDP yaitu Beriman, Berilmu dan Beramal sebagai sesuatu yang integral. Maka dari itu pengamalan akan ilmu baik yang sifatnya vertikal ataupun horizontal mesti lebih dimasifkan. Karena kita tidak tau hari kiamat itu kapan datangnya, tetapi kita bisa menyiapkan bekal untuk akhirat kelak dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita selama masih ada waktu dan kesempatan di atas dunia. Sebab dunia hanyalah persinggahan sementara untuk memproduksi amal shaleh menuju kehidupan Tafsir Angka Milad ke buku "Power of Numbers" Tan PhD, kita akan menafsirkan makna tersembunyi dari angka kelahiran Hmi dengan usia HMI saat ini. Yaitu dengan cara Mengkombinasikan angka akar dari hasil pencarian "05-Februari-1947" dengan "05-Februari-2022". Setelah melakukan perhitungan menggunakan metodologi didalam buku tersebut, maka dapat lah angka akar kombinasi nya adalah 5. Lalu bagaimana dengan tafsiran nya ?.Tafsir angka akar kombinasi 5. adalah ketika ia bersama-sama, rintangan dan kesulitan akan terjadi. Anda harus bergerak ke sana kemari, Anda lebih sering mencari yang terbaik, halangan yang tidak terduga akan menanti tetapi ini membuat anda mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu. Angka 5 adalah angka penentu arah. Berdasarkan tafsiran ini, kita mesti berbenah untuk menjawab tantangan masa kini dan menyongsong tantangan yang akan muncul di masa yang akan datang. Seorang Kader HMI yang diartikan sebagai tulang punggung organisasi adalah penentu arah kemana organisasi HMI ini akan bermuara. Dan kita sama-sama berharap bahwa HMI kedepannya dapat membangkitkan lagi ghirah keislaman-keindonesiaan menuju "Arah Baru HMI ; Berdaya Bersama Menuju Indonesia Emas 2045" sebagaimana yang terlampir pada tema dan twibbon Milad HMI yang ke-75. semoga saja HMI benar-benar bisa kembali ke Cita-cita idealnya yaitu "Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT"D. Perjalanan panjang HimpunanHMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat pengurus Besar Pasal 2 AD HMI. Berbicara mengenai Napak tilas perjuangan HMI, maka tak lepas dari bagaimana proses pendirian nya hingga masa sekarang. Dan ketika berbicara mengenai proses pendirian nya maka hal ini tak lepas dari Lafran Pane yang disebut-sebut sebagai Pendiri Latar belakang berdirinya HMISecara umum, terdapat empat latar belakang berdirinya HMI, yaknia. Situasi Dunia Internasionalkondisi dunia islam yang semakin terpuruk, menimbulkan pertanyaan dari berbagai kalangan. Jika diteliti lebih dalam, umumnya penyebab keterpurukan ini diawali dari kemunduran berpikir hingga berlanjut pada kemandekan dalam berpikir. Ketika islam sudah mencapai masa kejayaan, hal yang patut diwaspadai adalah keteledoran. Umat islam yang berada di atas angin, mulai melupakan perjuangan untuk merintis islam lebih dalam. Akhirnya, mereka menjadi generasi penikmat saja, bukan generasi dari keterpurukan ini, muncullah suatu gerakan untuk mendongkrak semangat islam kembali. Gerakan ini disebut gerakan pembaharuan. Melalui gerakan ini, ajaran islam akan dikembalikan pada hakikatnya. Islam tidak hanya tentang hal-hal yang sakral saja, tapi islam juga berkaitan dengan pengamalan hidup sehari-hari. Sehingga, tujuan gerakan Pembaharuan ini, tak lain adalah untuk mengembalikan ajaran islam pada kebenaran, yakni dengan berlandaskan al-quran dan hadits. Dengan adanya gerakan ini, muncullah tokoh-tokoh gerakan pembaharuan. Seperti di Turki 1720, di Mesir 1807 dan pembaharu nya yang terkenal Muhammad Iqbal, Muhammad Abduh, At-Tahtawi, Muhammad Abdul wahab, Sayyid Ahmad Khan, Situasi NKRIKetika Cornelis de Houtman menjejakkan kakinya di Banten pada 1596, seketika itu pula Indonesia mulai merasakan penjajahan yang dilakukan Belanda. Selama 350 tahun dijajah, ada tiga hal yang dibawa1. Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya, dan Zending agama kristiani,3. Peradaban Barat yang kental sekularisme dan perjuangan terus-menerus dan doa yang tiada henti, akhirnya pada 17 Agustus1945, Soekarno-Hatta mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan. Menandakan bahwa Indonesia telah terbebas dari tangan penjajah Kondisi Mikrobiologis Umat Islam di umat islam sebelum berdirinya HMI, terbagi dalam empat golongan. Pertama sebagian yang melakukan ajaran islam hanya sebagai kewajiban yang di adat kan seperti dalam upacara perkawinan, kematian dankelahiran. Kedua Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran islam sesuai yang dilakukan nabi Muhammad. Ketiga Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yangterpengaruh oleh mistisisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini hanya untuk kepentingan akhirat saja. Keempat Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman, selaras dengan wujud dan hakikat agama islam. Mereka berusaha agar agama islam dapat dipraktekkan dalam keseharian masyarakat Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia dua faktor yang mendominasi ada Perguruan Tinggi PT dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama sistem yang diterapkan dalamdunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah pada sekulerisme yang "mendangkalkan agama di setiap kehidupan manusia". Kedua adanya Perserikatan mahasiswa Yogyakarta PMY dan Serikat Mahasiswa Indonesia SMI di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh komunis. Bergabungnya dua faham ini sekuler dan komunis, melanda dunia PT dan kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya"krisis keseimbangan " yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan hati, jasmani dan rohani serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan Latar belakang pemikiran Berdirinya HMI, sebagaimana kita tahu bahwa HMI didirikan atau diprakarsai oleh lafran Pane. Seorang mahasiswa STI di Yogyakarta yang ketika itu genap berusia 25 tahun. Ayahnya seorang tokoh pergerakan nasional di Sipirok dan dua saudaranya Sanusi Pane dan ArmijnPane merupakan salah satu pujangga era klasik di indonesia. Lafran kecil, remaja dan dewasa yang nakal, suka memberontak dan "bukan anak sekolah yang rajin adalah identitas fundamental Lafran sebagai ciri paling menonjol dari independensinya. Perjalanan hidup lafran yang berliku dengan tanpa menyerah dijalaninya. Ia terus berusaha menemukan kebenaran sejati, sehingga terbentuk HMI. Ia berpikir, bahwa "Melihat dan menyadari keadaan mahasiswa yang beragama islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya." Hal ini, terjadi karena sistem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Sehingga, perlu dibentuk wadah yang dapat merubah keadaan tersebut serta cocok bagi mahasiswa yang selalu inovatif untuk melakukan pembaharuan dalam segala bidang. Maka, dalam keadaan yang bergolak pasca kemerdekaan, harus ada yang ikut membela dan mempertahankan keutuhan NKRI serta mengusahakan kesejahteraan Saat-saat berdirinya HMIRencana pendirian HMI oleh Lafran Pane diawali dengan mengumpulkan sejumlah pemuda di daerah Kauman Yogyakarta, baik yang ada di Sekolah Tinggi Islam STI, Sekolah Tinggi Teknik STT maupun yang berada di Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada untuk melakukan rapat. Rapat ini dihadiri lebih kurang 30 Mahasiswa. Diantaranya terdapat pengurus PMY Persyarikatan Mahasiswa Yogyakarta dan GPII Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang telah berulang dilaksanakan belum melahirkan perkumpulan karena ditentang oleh PMY dan GPII, bahkan tidak sedikit pula yang penjajakan pendapat publik terhadap kemungkinan lahirnya HMI, Lafran bertukar pikiran dengan Kahar Muzakkir Rektor STI saat itu. setuju dengan syarat organisasi yang didirikan tersebut tidak terlalu mencampuri urusan politik. Tidak berselang lama, gagasan Lafran telah menyebar dikalangan STI. Lafran segera menyiapkan Anggaran dasar dan nama organisasi yang akan ditawarkan yakni nya HMI Himpunan Mahasiswa Islam. Mantan penjual karcis bioskop sepertinya paham sekali asal tawaran film nya bagus, karcis tidak susah semakin matang nya situasi yang mengiringi kelahiran HMI, Lafran tidak menyianyiakan momentum yang ada. Saat itu pada jam kuliah tafsir, dosen nya Hussein Yahya. Lafran meminta izin kepada beliau. Mengetahui Lafran Pane selaku Ketua III Senat mahasiswa STI, Hussein yahya mengizinkan meskipun belum tahu pasti tujuan pertemuan itu, namun ia tertarik menyaksikan peristiwa itu. Akhirnya, dengan segala persiapan. Hari Rabu Pon 1878, 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947, Jam 1600 sore, bertempat disalah satu ruangan kuliah STI, Jalan Setyodiningratan. Lafran Pane langsung berdiri didepan kelas dan memimpin mengatakan Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Islam, karena semua persiapan dan perlengkapan sudah beres. Siapa yang mau menerima Berdirinya organisasi mahasiswa Islam ini, itu sajalah yang diajak, dan yang tidak setuju biarkanlah mereka terus Sosok Lafran PaneSemenjak diadakannya kongres XI HMI di Bogor, tanggal 12 Mei 1974, Lafran pane sah ditetapkan sebagai pemrakarsa atau pendiri HMI. Lafran adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922. Karena Lafran lahir dan tumbuh pada masa penjajahan, kehidupan yang dijalaninya tidak mudah, dan terkadang ia harus berpindah tempat untuk mengikuti orang tuanya. Pendidikannya pun tidak berjalan "normal" dan "lurus". Meski ia dikenal sangat nakal di sekolah, ia juga dikenal sangat cerdas. Ketika beranjak dewasa, ia mulai berpikir radikal dan mencari hakikat hidup sebenarnya. Pada Desember 1945, Lafran pindah ke Yogyakarta, karena sekolah STI Sekolah Tinggi Islam tempatnya menimba ilmu dipindahkan, yang semula berada di jakarta. Ia memperoleh pendidikan agama yang lebih intensif sehingga membuka jalan baginya untuk terus berpikir dan lafran, islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena menjadikan umat islam bahagia dunia dan akhirat. Tahun 1948, Lafran pindah studi ke Akademi Ilmu Politik AIP. Saat balai Perguruan Tinggi gajah mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gajah Mada UGM, secara otomatis Lafran termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM,AIP berubah menjadi fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut, pada 26 Januari 1953. 155. Visi Pendiri HMIa. Gagasan Pembaharuan Pemikiran KeislamanUntuk mengetahui dan memahami ajaran islam secara utuh, harus meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran islam. Islam menjamin, bagi siapa yang memeluknya, ia akan diberi kebahagiaan dunia dan akhirat. Tugas mulia umat islam adalah mengajak manusia kepadakebenaran illahi dan kewajiban umat islam adalah menciptakan masyarakat adil,makmur secara material maupun spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan tersebut, ajaran islam dapat diamalkan dengan baik dan benar. Gagasan pembaharuan pemikiran islam pun hendaknya dapat menyadarkan umat islamyang terlena dengan kebesaran dan kejayaan masa Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial BudayaKemajemukan. Sosial budaya masyarakat Indonesia, terkadang menimbulkan sisi baik dan buruk. Meski kemajemukan merupakan sumber kekayaan bangsa yang tak ternilai, tetapi keberagaman yang tak terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan awal pembentukan HMI, juga tidak terlepas dari gagasan dan visi sosial budaya, yakni1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran tujuan tersebut, HMI ingin agar kehidupan sosial-budaya yang Ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran islam sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial-budaya yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, Tetapi perlu proses Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan untuk bersatu secara integral, sebenarnya telah terbentuk saat awal-awal berdirinya HMI. Sebagaimana rumusan awal tujuan HMI, yakni1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia terkandung wawasan keindonesiaan dan kebangsaan.2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran islam terkandung pemikiran keislaman.Itulah dasar perjuangan HMI dalam berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen keutamaan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan untuk menciptakan kaderberkualitas insan cita. Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI hasil Kongres IX HMI di Malang tahun1969 sampai sekarang, "Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernapaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah". 166. Fase-Fase Perjuangan HMIa. HMI dalam Fase Perjuangan perjuangan fisik, HMI ikut berjuang ketika pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. Pemberontakan tersebut, bertujuan untuk mendirikan "Soviet Republik Indonesia". Menanggapi hal tersebut, HMI menggalangseluruh kekuatan mahasiswa melalui Corps Mahasiswa. Selama krisis tersebut, HMI rela meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan NKRI dari pemberontakan PKI dan menghadapi perlawanan pula dari agresi militer anak umat dan anak bangsa, HMI berusaha memposisikan diri sebaik mungkin. Ia pun rela memanggul senjata demi keutuhan NKRI. Sebab, HMI berkeyakinan bahwa masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, HMI selalu berusaha untukmempersatukan. 17b. HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi PKI semakin merajalela di era 60-an, HMI berusaha untuk menggalang konsolidasi untuk melawan PKI. HMI berusaha untukmengumpulkan semua pihak non komunis agar PKI Madiun tidak mengancam persatuan kedaulatan bangsa, umat islam dan HMI itu sendiri. Sejatinya, ideologi komunis itu bertentangan dengan dasar negara kita, yakni itu, PKI juga berusaha untuk menggulingkan pemerintahan yang menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan konferensi akbar di Kaliurang, Yogyakarta pada 9-11 April 1955, dengan keputusan1. Menyerukan kepada khalayak untuk memilih partai-partai Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi perdebatan dan tidak saling Kepada warga dan anggota HMI supayaa. Wajib aktif dalam Wajib aktif memilih salah satu partai Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih partai silam yang mendapat banyak tekanan dari pihak yang tidak suka saat itu. Sebab, ada tuduhan yang menyatakan HMI kontra revolusi, dll. Akhirnya, HMI menggelar musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di jakarta pada1962. HMI pun dapat selamat dari isu dan tuduhan miring, sehingga dapat berjalan hingga sekarang. 18c. HMI dalam Transisi Orde lama dan Orde 1965, HMI kembali lagi terancam goyah. Namun, lagi-lagi HMI bisa selamat. HMI adalah salah satu organisasi yang menentang ajaran komunis kala itu, sedangkan PKI, Merupakan kekuatan sosial-politik yang besar di negara kita,yang ingin membubarkan HMI. Bahkan, PKI sempat menyatakan "kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja". Puncaknya, PKI melakukan pemberontakan pada peristiwa yang dikenal G 30 S/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut, dimulai dengan melakukan penculikan terhadap perwira tinggi AD, kemudian membunuh mereka. Menyikapi hal ini, HMI ikut membantu pemerintah untuk meringkus PKI dan mendukung ABRI. Bahkan, hingga lengsernya presiden Soekarno, yang digantikan oleh Soeharto, HMI tetap ikut berjuang menumpas sisa-sisa PKI dan menjalankan Pancasila serta UUD HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi kader HMI, kita harus memiliki kualitas insan cita, yang nantinya akan tercipta kader intelektual berlandaskan iman yang kuat. Adapun peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan, sbb1. Partisipasi dalam pembentukan situasi dan Partisipasi dalam pembentukan Partisipasi dalam bentuk menjalankan peran tersebut, banyak rintangan yang dihadapi, salah satunya pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI serta perpecahan HMI menjadi dua HMI Dipo dan MPO.e. HMI dan Fase pasca Orde orde baru, menandakan dibukanya tatanan pemerintahan baru bagi bangsa Indonesia. Era reformasi pun dimulai. Namun, sampai saat ini reformasi masih berupa formalitas belaka. Reformasi kehilangan arah dan belum dapat terealisir karena banyak komponen bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan dengan harapan akan berumur panjang. 19 Peran HMI pun banyakdipertanyakan oleh orang. Apakah HMI mampu bertahan ditengah ombak dan badai setelah selama ini tetap bertahan?.Jika HMI tidak cepat berbenah, maka dapat diprediksi HMI akan bubar di MILAD nya yang ke 114 Surah dalam Al-Quran. Terhitung sekitar 30 tahun lagi. Mengapa demikian? Karena masa depan yang akan kita Songsong kedepannya akan lebih pelik. Seperti kemajuan teknologi yang tak terbendung.. Otak kita masih otak purba, institusi kita masih institusi Romawi kuni, akan tetapi teknologi kita sudah mendekati Tuhan yang bisa memfasilitasi kebutuhan dan aktivitas manusia Secara otomatis dan Revolusi Nano, Revolusi DNA, Artificial Inteligence AI, Upload nya dan seterusnya. Dikatakan juga bahwa dimasa depan manusia akan menyatu dengan teknologi dengan cara menggabungkan otak manusia dengan komputer, manusia bisa memanage kematiannya dengan cara upload nyawa, manusia dapat bertukar kesadaran dengan manusia lain nya dll. Sehingga nya seperti yang diprediksikan bahwa agama dimasa depan adalah prediksi Lembaga riset asal Amerika Serikat AS yaitu "pew riset center" PRC misalnya. Ia memprediksi jumlah populasi islam akan di imbangi oleh kristen pada 2050 untuk pertama kali nya dalam sejarah. 20 juga memprediksi kan agama akan punah sekitar 100-200 tahun lagi. Atau Yuval Noah Harari memprediksi kan agama akan punah sekitar tahun 2300/2400. Tentunya kader-kader HMI hari ini mesti peka terhadap keadaan dunia yang sedang berlangsung agar terus dapat mempertahankan, menegakkan dan menyiarkan ajaran Islam. Apalagi ditengah porak-poranda disrupsi teknologi yang membuat kita tidak lebih dari sekedar statistik, matematis, dan dipaksa mengikuti algoritma teknologi. Tentunya kita mesti melakukan manuver terhadap berbagai problem dan dilema yang ada, apalagi upaya memesinkan manusia secara total melalui teknologi. Sebab sejatinya kita adalah katalisator dan problem solverUntuk itu, mari tumbuhkan kesadaran dalam internal dan eksternal supaya HMI dapat terus menjaga ghirah keislaman dan keindonesiaan sebagai substansi perjuangan nya. Dengan tantangan yang baru, Manusia-manusia baru Regnerasi HMI, Menuju Arah Baru HMI. Sekian terimakasih, Semoga semua Makhluk berbahagia !.Referensi Brown, Lesley. ed. The New Shorter Oxford English Dictionary 1993 hal. . Diakses tanggal 09 Februari for Critical Thinking. 1998. Critical Thinking Workshop Handbook. Santa Rosa, CA Abdy. 2016. Model Pembelajaran Saskrim-5 is. Kupang Desna Live John. 1909. How We Think. D,C. Health and Co. 5H. D. Young 1992. University Physics 8e. Addison-Wesley. ISBN 35. 6 Diakses pada 09 Februari 2021. 7 Di akses pada 04 februari 2022. 8Panji Masyarakat, 9Tarigan, Azhari Akmal ; NDP HMI Teks, Interpretasi dan kontekstualisasi; Penerbit Simbiosa Rekatama Media, Cetakan pertama 2018. Hal 101-129. 10Tan, Oliver ; Power of Numbers. Penerbit AW Publishing, Edisi per dan Indonesia Januari 2011. Hal Agussalim Sejarah perjuangan HMI 1947-1975. Jakarta ; Misaka Galiza hal Latihan Kader I LK-I Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat Periode 2016. 15 17Sitompul, Agussalim. Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa; RefleksiPemikiran Keislaman-Keindonesiaan HMI 1947-1997. Jakarta Logos. 2002. 16Tanja, Viktor. HMI; Sejarah dan Kedudukannya Di tengah Gerakan PembaharuIndonesia. Jakarta Sinar Harapan. 1982. 18Yusuf, Ramli. 50 Tahun HMI Mengabdi Republik. Jakarta LASPI. 1997. 19 di akses pada 04 februari 2022. 20 Uploaded byLkpph Banten 0% found this document useful 0 votes0 views7 pagesCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes0 views7 pages9 Fase Perjuangan HMIUploaded byLkpph Banten Full descriptionJump to Page You are on page 1of 7Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Sejarah Perjuangan HMI Sejarah“Pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau umat manusia mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan difikirkan oleh manusia pada masa lampau untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan masa yang akan datang”. Perjuangan “suatu kesungguhan disertai usaha yang teratur tertib dan berencana untuk mengubah kondisi buruk menjadi baik”. HMI adalah kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam. B. Tujuan Mempelajari sejarah Perjuangan HMI Untuk meninjau dan meneliti secara sistematis dengan penuh kritis masa yang lalu agar dapat dijadikan cerminan dan pedoman masa kini sehingga dapat ditetapkan arah perjuangan masa mendatang. C. Organisasi sebagai alat berjuang dan tempat beramal QS. Ali Imron104 Menyeru kepada kebaikan/Islam dan mencegah kemunkaran adalah kewajiban setiap muslim. Maka HMI sebagai organisasi yang bercirikan Islam merupakan alat untuk mengajak kepada kebaikan wajib pula ada. BAB II TINJAUAN HISTORIK A. Lafan Pane dan hubungannya dengan HMI Lafran pane adalah tokoh pendiri utama HMI sehingga HMI tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Lafran Pane. B. Latar Belakang munculnya Pemikiran Berdirinya HMI Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan. Adapun dampak penjajahan adalah sbb Aspek Politik seluruh rakyat RI menjadi objek jajahan dan kehilangan kedaulatannya. Aspek pemerintahan dengan diciptakannya Gubernur jenderal sebagai perwakilan pemerintah belanda dan Jayakarta – Batavia menunjukkan bahwa Indonesia berada di bawah pemerintahan hindia belanda. Aspek Hukum pelaksanaan hukum bertentangan dengan kondisi sosiologis orang-orang Islam diperlakukan diskriminatif dan Belanda selalu diuntungkan Aspek pendidikan kebijakan pemerintah belanda menempatkan Islam sebagai saingan. Aspek Ekonomi dengan pembentukan VOC 1902 merupakan momentum penguasaan ekonomi Indonesia oleh Belanda dan Gubernur Van Den Bosh memakai Pola Tanam Paksa cultuurstelsel untuk komoditi ekspor. Aspek kebudayaan munculnya aliran budaya secara bebas dan bersaing. Aspek keagamaan Belanda membawa misi agama nasrani Berkembangnya faham dan ajaran komunis Berawal dari ISDV Indische Social Democratische Vereeniging 1914 yang berhasil mendekati SI sehingga SI terpecah belah. Pada tgl 23 Mei 1920 ISDV berganti nama menjadi PKI dengan Semaun dan Darsono sebagai Presiden dan Wapres. Faham komunis dikembangkan melalui PMY dan SMY yang berhaluan komunis. Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis, dilihat dari sudut Secara akademik Perguruan Tinggi akan mencetak para sarjana, intelektual dan calon pemimpim bangsa, calon dosen, guru, praktisi dll. Dari segi kelembagaan Perguruan Tinggi merupakan pusat kebudayaan, pembaharuan dan kemajuan Dari segi kegiatan intra dan ekstra kemahasiswaan menjadi ajang pembentukan kader di kalangan mahasiswa. Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaam PMY dalam aktivitasnya tidak memperhatikan kepentingan mahasiswa beragama Islam. Dengan tidak tersalurnya aspirasi keagamaan mayoritas mahasiswa di Yogyakarta merupakan alasan kuat bagi mahasiswa yang beragama untuk mendirikan organisasi mahasiswa sendiri terpisah dari PMY. Gerakan untuk memunculkan sebuah organisasi mahasiswa Islam untuk menampung aspirasi mahasiswa akan kebutuhan pengetahuan, pemahaman, penghayatan keagamaan yang aktual muncul di akhir November 1946 secara organisatoris di awal februari 1947 dengan berdirinya HMI. Kemajemukan Bangsa indonesia Kemajemukan Indonesia dalam segala aspek-suku, agama, ras, golongan serta dalam aspek agama, budaya, politik dan tingkat pengetahuan yang juga dimiliki umat Islam Munculnya Polarisasi Politik Sebelum HMI berdiri tahun 1947, suasana politik RI mengalami polarisasi politik antara pihak pemerintah dipelopori partai sosialis dan pihak oposisi yang dipelopori Masyumi, PNI dan Persatuan Perjuangan Tan Malaka. Pihak pemerintah menitikberatkan perjuangan memperoleh pengakuan kemerdekaan dengan perjuangan diplomasi sedang pihak oposisi menekankan pada perjungan bersenjata. Polarisasi politik ini berpengaruh membawa masyarakat mahasiswa. Tuntutan Modernisasi dan tantangan Masa Depan Timbulnya gerakan pembaharuan baik di dunia Islam dan di Indonesia, karena tuntutan kepada pembaharuan sebagai kebutuhan untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul, disebabkan adanya kemunduran dan keterbelakangan, maupun menghadapi perkembangan baru sebagai akibat dari kemajuan IPTEK. Pembaharuan dalam arti modernisasi merupakan kebutuhan manusia yang tidak dapat dielakkan, karena modernisasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. BAB III BERDIRINYA HMI A. Deklarasi Berdirinya HMI, arti dan makna 5 Februari 1947 HMI berdiri/dideklarasikan pada hari rabu tanggal 14 Rabiul awal 1366 H bertepatan dengan 5 Februari 1947, di salah satu ruangan kuliah STI dengan tokoh utama pendirinya adalah Lafran Pane mahasiswa STI tingkat I bersama mahsiswa STI lainnya. B. Di sekitar kelahiran HMI Tujuan HMI ketika pertama berdiri Mempertahankan negara RI dan mempertinggi derajat rakyat indonesia. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam Tujuan HMI saat ini Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terbentuknya masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT. Karakteristik HMI karakteristik sesuatu yang sejak awal berdirinya sudah melekat Berasaskan Islam ,dan bersumber pada Al Qur’an serta As Sunah Berwawasan keindonesiaan dan kebangsaan Bertujuan, terbinanya lima kualitas insan cita Bersifat independen Berstatus sebagai organisasi mahasiswa Berfungsi sebagai organisasi kader Berperan sebagai organisasi perjuangan. Bertugas sebagai sumber insansi pembangunan bangsa. Berkedudukan sebagai organisasi modernis. C. Tokoh-tokoh Pemula HMI Pemrakarsa/pendiri HMI adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisssaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainah, M. Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Badron Hadi. D. Faktor Penghambat Dari Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta PMY Dari Gerakan Pemuda Islam Indonesia GPII Dari Pelajar Islam Indonesia PII BAB IV FASE-FASE PERJUANGAN HMI DAN RELEVANSINYA DENGAN PERJUANGAN BANGSA Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses berdirinya HMI November 1946-4 Februari 1947 Fase Berdiri dan Pengokohan 5 Feb 1947 – 30 Nov 1947 Dalam rangka mengokohkan eksistensi HMI Maka diadakan berbagai aktivitas untuk popularisasi organisasi dengan mengadakan ceramah-ceramah ilmiah, rekreasi, malam-malam bidang organisasi didirikan cabang-cabang baru seperti Klaten, Solo dan Yogyakarta. Fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan, serta menghadapi penghianatan I PKI 1947-1949 Untuk menghadapi pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirto Sudiro membentuk Corps Mahasiswa CM, dengan komandan Hartono Wakil Komandan Ahmad Tirto Sudiro, ikut membantu pemerintah menumpas pemberontakan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah PKI menaruh dendam pada HMI. Fase pembinaan dan pengembangan organisasi 1950-1963 Sejak tahun 1950 dilaksanakan konsolidasi organisasi sebagai masalah besar dan pada bulan juli 1950 PB HMI dipindahkan dari Yogya ke Jakarta. Diantara usaha-usaha yang dilaksanakan selama 13 tahun yaitu pembentukan cabang-cabang baru, menerbitkan majalah media, 7 kali kongres, pengesahan atribut HMI sebagai lambang, bendera, muts, Hymne HMI, merumuskan tafsir azas HMI, pembentukan Badko, menetapkan metode training HMI, pembentukan lembaga -lambaga HMI. Dibidang ekstern pendayagunaan PPMI, Menghadapi Pemilu I 1955, Penegasan independensi HMI, mendesak pemerintah supaya mengeluarkan UU Perguruan Tinggi, pelaksanaan pendidikan agama sejak dari SR sampai Perguruan Timggi dll. Fase Tantangan Setelah Masyumi dan GPII berhasil dipaksa bubar, maka PKI menganggap HMI sebagai kekuatan ketiga umat islam. Maka digariskan Plan 4 tahun PKI untuk membubarkan HMI, dimana menurut plan atau rencana itu HMI harus bubar sebelum Gestapu/PKI meletus. Dendam kesumat PKI terhadap HMI, menempatkan HMI sebagai organisasi yang harus dibubarkan karena dianggap sebagai penghalang bagi tecapainya tujuan PKI. Sementara itu HMI berhasil mengadakan konsolidasi organisasi, dimana HMI tampil sebagai organisasi yang meyakinkan Tujuan dan target pembubaran HMI adalah untuk memotong kader-kader umat islam yang akan dibina oleh HMI. Untuk membubarkan HMI dibentuklah panitia aksi pembubaran HMI di Jakarta GMNI, IPPI, GERMINDO, GMD, MMI, CGMI dll. Menjawab tantangan tersebut, Generasi Muda Islam yang terbentuk tahun 1964 membentuk panitia solidaritass pembelaan HMI. Dalih Pengganyangan terhadap HMI berupa fitnah dan hasutan sejak dari yang terbaik sampai yang terkeji, HMI dikatakan anti Pancasila, anti UUD 1945, anti PBR Soekarno dan lain-lain. Dukungan dan pembelaan terhadap HMI walaupun HMI dituntut dibubarkan oleh PKI,CGMI dan segenap kekuatan dan simpatisannya, namun para pejabat sipil maupun militer para pimpinan organisasi dan mahasiswa serta tokoh islam turut membela dan mempertahankan hak hidup kebijaksanaan Panglima Besar Kotrar Presiden Soekarno dengan surat keputusan tanggal 17 September 1965, HMI dinyatakan jalan terus. Strategi HMI Menghadapi PKI menggunakan PKI Pengamanan, Konsolidasi, Integrasi Anti klimaks Gestapu meletus, ketajaman politik HMI telah mencium bahwa pemberontakan tersebut dilakukan PKI. PB HMI menghadap Pangdam V Jaya Mayor Jendja Umar Wira Hadi Kusumah dan menyatakan Pemberontakan itu dilakukan oleh PKI, HMI menuntut supaya PKI dibubarkan, Karena pemberontakaitu menyangkut masalah politik ,maka harus diselesaikan secara politik, HMI akan memberikan bantuan apa saja yang diperlukan pemerintah untuk menumpas pemberontakan Gestapu PKI. Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru dan pelopor kebangkitan angkatan ’66 1966-1968 Tanggal 1 Oktober 1965 adalah tugu pemisah antara orde lama dengan orde baru. Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI Gagal dalam pemberontakan HMI akan tampil kedua kalinya menumpas pemberontakan PKI betul-betul terjadi. Wakil ketua PB HMI Mar’ie Muhammad tanggal 25 Oktober 1965 mengambil inisiatif mendirikan KAMI Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. Tritura 10 Januari 1966 Bubarkan PKI, retool kabinet, turunkan harga. Kemudian Dikeluaarkan Surat Perintah Sebelas Maret pada tanggal 12 Maret PKI dibubarkan dan dilarang. Kabinet Ampera teerbentuk. Alumni HMI masuk dalam kabinet, dan HMI diajak hearing dalam pembentukan kabinet. Fase partisipasi HMI dalam pembangunan 1969-sekarang Setelah Orde baru mantap dimulailah rencana pambangunan lima tahun oleh pemerintah. HMI sesuai dengan lima aspek telah memberikan sumbangan dan partisipasinya dalam pembangunan 10 Partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 20 partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran, 30 partisipasi dalam bentuk langsung pembangunan. Fase kebangkitan intelektual dan pergolakan pemikiran 1970-1994 Pada tahun 1970 Nurcholis Majid menyampaikan ide pembaharuan dengan topik Keharusan Pembaharuan pemikiran dalam islam dan masalah integrasi umat. Sebagai konsekuensinya di HMI timbul pergolakan pemikiran dalam berbagai substansi permasalahan timbul perbedaan pendapat, penafsiran dan interpretasi. Hal ini tercuat dalam bentuk seperti persoalan negara islam, islam kaffah, sampai pada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila. Fase Reformasi 1995-sekarang Secara historis sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan dan kritik kepada pemerintah. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan melakukan tindaka-tindakan inkonstitusional dan pertama disampaikan Yahya Zaini Ketum PB HMI ketika menyampaikan sambutan pada pembukaan Kongres XX HMI di Istana Negara Jakarta tanggal 21 Januari 1995. Kemudian pada peringatan HUT RI ke-50 Taufik Hidayat Ketua Umum PB HMI menegaskan dan menjawab kritik-kritik yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI kekuasaan bukan wilayah yang haram. Pemikiran berikutnya disampaikan Anas Urbaningrum pada peringatan Dies Natalis HMI ke-51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Februari 1998 dengan judul urgensi “reformasi bagi pembangunan bangsa yang bermarbat”. BAB V MASA DEPAN HMI, TANTANGAN DAN PELUANG Kritikan terhadap HMI datang dari dalam maupun dari luar HMI. Kritikan itu sangat positif karena dengan kritikan HMI akan mengetahui kekurangan dan kesalahan yang diperbuatnya sehingga dapat diperbaiki untuk masa yang akan terhadap HMI berupa Independensi HMI, Kerja sama dengan militer, Sikap HMI terhadap Komunis,Tuntutan negara islam, adaptasi nasional, Dukungan terhadap rehabilitasi Masyumi,Penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya azas, Adaptasi rasional dan lain-lain. Melalui Kritikan itu Banyak pihak menilai kredibilitas HMI mengalami kemunduran. Untuk memulihkan kredibilitas tersebut, M Yahya Muhaimin Pada kongres XX mengemukakan konsep Revitalisasi, Reaktualisasi, Refungsionalisai, Restrukturisasi. Anas Urbaningrum memberi terapi dengan Politik etis HMI, Peningkatan visi HMI,Intelektualisasi, penguasaan basis dan modernisasi organisasi. Untuk mencapai tujuan HMI pelu dipersiapkan suatu kondisi sebagai modal untuk merekayasa masa depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita HMI. Tantangan yang dihadapi HMI dan bangsa Indonesia sangat kompleks tetapi justru akan menjadi peluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-cita nya sehingga menjadi kenyataan. BAB VI PENUTUP Dengan mengetahui sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat juang HMI. Hal tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari HMI tidak cukup dengan mengikuti Training formal. Tetapi mempelajari dan menghayati HMI harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan di manapun. Dengan cara seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai HMI dapat dilakukan secara utuh dan benar. source

fase fase perjuangan hmi